Jumat, 13 September 2013

Keperawatan

Keperawatan

Keperawatan merupakan suatu profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan komunitas dalam mencapai, memelihara, dan menyembuhkan kesehatan yang optimal dan berfungsi. Definisi modern mengenai keperawatan didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan suatu seni yang memfokuskan pada mempromosikan kualitas hidup yang didefinisikan oleh orang atau keluarga, melalui seluruh pengalaman hidupnya dari kelahiran sampai asuhan pada kematian.


Sejarah Keperawatan di Indonesia

logo-ppni
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) adalah perhimpunan seluruh perawat indonesia, didirikan pada Tanggal 17 Maret 1974. Kebulatan tekad spirit yang sama dicetuskan oleh perintis perawat bahwa tenaga keperawatan harus berada pada wadah/organisasi nasional (fusi dan federasi).
Sebagai fusi dari beberapa organisasi yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan baik dalam bentuknya maupun namanya. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Velpleger Boemibatera (PKVB) yang didirikan pada tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan dengan tugas mulia yang dilaksanakan dalam merawat orang sakit. Lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928 mendorong perubahan nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI). Pergantian kata Boemibatera menjadi Indonesia pada PKVI bertahan hingga tahun 1942.

Pada masa penjajahan Jepang perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran dan merupakan zaman kegelapan bagi bagi keperawatan Indonesia. Pelayanan keperawatan dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan, demikian pula organisasi profesi tidak jelas keberadaannya.

Bersama dengan Proklamasi 17 Agusutus 1945, tumbuh Organisasi Profesi Keperawatan. Setidaknya ada tiga organisasi profesi antara tahun 1945 – 1954 yaitu:
1. Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI)
2. Persatuan Djuru Rawat Islam (PENJURAIS)
3. Serikat Buruh Kesehatan (SBK)

Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi profesi yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI). Sebagai upaya konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan Serikat Buruh Kesehatan (SBK) karena terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dalam kurun waktu 1951 – 1958 diadakan Kongres di Bandung dengan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia (PPDKI) dengan keanggotaan bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959 – 1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan (SBK) bergabung menjadi satu organisasi Profesi tingkat Nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah yang resmi dipakai sebagai nama Organisasi Profesi Keperawatan di Indonesia hingga saat ini.

Sejak tahun 1974 sampai sekarang, PPNI terus menguatkan langkahnya untuk menjadi organisasi profesi yang kuat dan mampu mengayomi bagi setiap anggotanya. PPNI telah menaungi perawat Indonesia di 33 Provinsi termasuk institusi pendidikan tinggi keperawatan dan merepresentasikan lebih dari 500.000 perawat di Indonesia.

Banyak langkah dan perjuangan yang telah dilakukan oleh PPNI untuk menjadikan perawat Indonesia sebagai perawat yang professional dan diakui bukan hanya di Indonesia sendiri, tetapi juga di dunia internasional.
Adapaun visi dan misi Persatuan Perawat Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:

Visi:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai wadah nasional yang memiliki suara komunitas keperawatan dan peduli terhadap pemberian pelayanan/asuhan keperawatan yang bermutu bagi kepentingan masyarakat.

Misi:
1. Menguatkan manajemen kepemimpinan PPNI untuk mencapai organisasi yang berwibawa jejaring yang kuat di tingkat kepengurusan Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Komisariat.
2. Mendukung perawat Indonesia untuk melakukan praktik keperawatan yang aman, kompeten dan profesional bagi masyarakat Indonesia3.
3. Menjadi pintu gerbang standar keperawatan regional dan internasional.

Susunan Pengurus Pusat PPNI pada periode 2010 – 2015 terdiri dari:
Ketua Umum: Dewi Irawaty, MA, PhD.
Ketua I: Dra. Junaiti Sahar, PhD
Ketua II: Rita Sekarsari, SKp, MHSM.
Sekretaris Jenderal: Harif Fadhillah, SKp., SH.
Sekretaris I: Yeni Rustina, PhD.
Sekretaris II: Yupi Supartini, SKp., MSc.
Bendahara Umum: Netty Sofyan, SKM, M.Kes.
Bendahara I: Ruti Nubi, SKM
Bendahara II: Rasmanawati, SKp., MM

Departemen Organisasi
Ketua: Wawan Arif Sawana, SKp.
Anggota: Sunardi, MKep., Sp.KMB., Bambang Tutuko, SKp., SH.

Departemen Hukmas & Pemberdayaan Politik
Ketua: Amelia K, SKp., MN.
Anggota: Ahmad Neru, MKep. Sp.Kom., Armen Patria, SKp. MKes.

Departemen Pengembangan Kerjasama Dalam Negeri & Luar Negeri
Ketua: Masfuri, SKp. MN.
Anggota: Meidiana Dwidiyanti, SKM. MSc., Ns. Apri Sunadi, SKep.

Departemen Pelayanan
Ketua: Ns. Riyanto, MKep. Sp.Kom.
Anggota: Syahridal, SKp., Pawit Rodiah, SKp., M.Kep.

Departemen Pendidikan & Pelatihan
Ketua: Dra. Murni Hartanti, SKp., MSi.
Anggota: Astuti Yuni Nursasi, SKp. MN., Michiko Umeda, SKp. MS.Biomed

Departemen Kesejahteraan
Ketua: Mustikasari, SKp. MARS
Anggota: Asep Sopari, SKM, MM, MKM., Iwan Effendi, Amd.Kep.

Dewan Pertimbangan
Ketua: Prof. Achir Yani, MN. DNSc.
Sekretaris: Drs. Husen, BSc
Anggota: Drs. Husain, SKM., Ahmad Djauhari, MM., Janes Lesilolo, SKM. MKes.

Majelis Kehormatan Etik Keperawatan (MKEK)
Ketua: Dra. Junarsih W. Sudibjo
Sekertaris: Fitriati, SKM, MKes.
Anggota: Tien Gartinah, MN., Dra. Herawani Aziz, MKes. MKep., Sumijatun, SKp., MARS., Maria Wijaya, SKM.

Makna Logo Keperawatan

Apa logo yang dipakai sebagai simbol perawat...?
dan apa arti dari logo tersebut...?


          Kita mungkin memiliki pertanyaan seperti di atas, dan ingin menemukan jawabannya, coba sekarang anda mengetikkan di "Mbah Google" kata-kata yang terkait misalnya "Logo perawat", "Nursing Logo", "Lambang Keperawatan" maka sebagian besar yang anda temukan adalah lambang-lambang dari Asclepius, Kadesius atau Hermes (Lambang yang digunakan untuk kedokteran) namun untuk lambang yang digunakan untuk keperawatan sendiri masih belum secara mudah ditemukan di Search Engine terbesar seperti Google.
          Baiklah.... mari kita mencari lambang resmi dari keperawatan.. kita mulai dengan menganalisa lambang PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) yang lebih mudah di temukan di Search Engine... Ini dia Logo beserta diskripsinya...




Bentuk
Lingkaran yang berisi sebuah segilima dan sebuah lampu yang berlidah api lima cabang dengan tulisan di bingkai pinggir berbunyi PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA – PPNI
Warna
  1. Lingkaran (bidang pinggir) berwarna merah
  2. Dasar kuning mas dalam lingkaran
  3. Dasar segi lima berwarna hijau tua
  4. Sisi-sisi segi lima berwarna putih
  5. Badan lampu berwarna putih
  6. Lidah api berwarna merah
  7. Huruf-huruf berwarna putih

Makna Lambang Secara Terperinci
  1. Lingkaran dengan warna merah, menunjukkan semangat persatuan.
  2. Dasar kuning emas dalam lingkaran, keluhuran dan cinta kasih.
  3. Segi lima, berkiprah Pancasila
  4. Warna hijau tua dalam segi lima, kesejahteraan.
  5. Lampu warna putih, identitas perawatan. <---------
  6. Lidah api lima cabang berwarna merah mengartikan semangat pengabdian yang dilandasi/dijiwai Pancasila.
  7. Warna putih, melambangkan kesucian.

Makna Lambang Secara Keseluruhan
Warna perawat Indonesia yang hidup di negeri Republik Indonesia yang berkeTuhanan Yang Maha Esa, berperi Kemanusiaan yang adil dan beradab, ber Persatuan Indonesia, ber Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dan ber Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengabdikan dirinya dalam bidang perawatan/kesehatan dengan itikad dan kesadaran pengabdian yang suci murni disertai dengan keluhuran jiwa dan cinta kasih, senantiasa menunaikan darma baktinya terhadap negara dan bangsa Indonesia khususnya dan terhadap semua umat manusia pada umumnya.
Sumber : PPNI
---------------------------------------------------------------------------------------------
         Penulis ingin membahas lebih dalam adalah mengenai identitas perawat yang dicantumkan dalam lampang PPNI. Ternyata lambang/simbol keperawatan yang diakui oleh PPNI adalah gambar berupa lentera. Inilah yang dianggap sebagai simbol keperawatan secara umum.

           Sekarang, apa makna dari lentera tersebut bagi keperawatan?, mengapa lentera dijadikan lambang/simbol dari keperawatan?, apa hubungannya dengan keperawatan?
        

Lamp

          Mungkin dari sinilah asal lambang keperawatan itu...

FLORENCE....?
           Yups... dari Florence Nigtingale, Florence selalu membawa lampu minyak sebagai penerangan saat menemui para pasien dalam kegelapan... sehingga Florence disebut-sebut sebagai "The Lady With The Lamp"
inilah gambar lain yang menunjukkan kegiatan Florence dengan lampunya,,,



memang Florence digambarkan selalu membawa lampu minyak yang berbeda-beda... namun ada yang sesuai dengan lambang yang kita gunakan sekarang, yaitu lampu minyak model seperti ini..
Nah... dari sinilah penulis mengambil kesimpulan bahwa hubungan simbol lampu minyak dengan keperawatan adalah dari sejarahnya yang berhubungan dengan kegiatan Florence... selain itu juga lampu minyak disimbolkan sebagai pembawa penerangan....
(gelap--->terang = sakit--->sembuh)
Yups...
mungkin sekian analisis dari penulis...
jika ada yang memiliki jawaban dengan sumber yang lebih baik silahkan dishare...
terima kasih...
semoga bermanfaat,,,
^_^

Farmasi

Farmasi

Farmasi (bahasa Inggris: pharmacy, bahasa Yunani: pharmacon, yang berarti: obat) merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400 - 1600an.
Institusi farmasi Eropa pertama kali berdiri di Trier, Jerman, pada tahun 1241 dan tetap eksis sampai dengan sekarang.
Farmasis (apoteker) merupakan gelar profesional dengan keahlian di bidang farmasi. Farmasis biasa bertugas di institusi-institusi baik pemerintahan maupun swasta seperti badan pengawas obat/makanan, rumah sakit, industri farmasi, industri obat tradisional, apotek, dan di berbagai sarana kesehatan.

Sejarah Kefarmasian Indonesia

Farmasi sebagai profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru dapat berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat sedikit.
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark, Austria, Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasian di Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti, yakni dengan didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi yang didirikan pada masa perang kemerdekaan ini mempunyai andil yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasian pada masa-masa selanjutnya.Dewasa ini kefamasian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam dimensi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup luas dan mantap. Industri farmasi di Indonesia dengan dukungan teknologi yang cukup modern telah mampu memproduksi obat dalam jumlah yang besar dengan jaringan distribusi yang cukup luas. Sebagian besar, sekitar 90% kebutuhan obat nasional telah dapat dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri
Demikian pula peranan profesi farmasi pelayanan kesehatan juga semakin berkembang dan sejajar dengan profesi-profesi kesehatan lainnya  Selintas Sejarah Kefarmasian Indonesia
1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan
Tonggak sejarah kefarmasian di Indonesia pada umumnya diawali dengan pendidikan asisten apoteker
semasa pemerintahan Hindia Belanda.
2. Periode Setelah Perang Kemerdekaan Sampai dengan Tahun 1958
Pada periode ini jumlah tenaga farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif lebih besar. Pada tahun 1950 di Jakarta dibuka sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama , dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun. Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang, sementara itu jumlah apoteker juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri maupun lulusan dari dalam negeri.
3. Periode Tahun 1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam kenyataannya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar negeri. Pada periode ini, terutama antara tahun 1960 – 1965, karena kesulitan devisa dan keadaan ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30% dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas dan sebagian besar berasal dari impor. Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain :
(1) Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
(2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang barang
(3) Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian di Indonesia, yakni berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain ditetapkan :
(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek-dokter, dan
(2) Semua izin apotek-dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Januari 1963.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain :
(1) Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,
(2) Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1
Pebruari 1964, dan
(3) Semua izin apotek darirat di ibukota Daerah Tingkat II dan kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.Pada tahun 1963, sebagai
realisasi Undang-undang Pokok Kesehatan telah dibentuk Lembaga Farmasi Nasional
(Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).

Arti lambang farmasi (Bowl of Hygieia)

Apakah anda selama ini memperhatikan lambang farmasi yang bergambar seekor ular yang melingkar pada mangkuk? apakah anda pernah mempertanyakan apa arti lambang farmasi bowl of hygieia tersebut?

Bowl of hygieia digunakan sebagai lambang farmasi sejak tahun 1796 dan digunakan oleh bangsa persia untuk menunjukan lambang farmasi atau bagian pengobatan dan selanjutnya di gunakan oleh organisasi farmasi di seluruh dunia.

Dalam sejarahnya penggunaan lambang bowl of hygieia berasal dari kisah kuno yunani, mangkuk yang ada dalam lambang farmasi tersebut dipercaya adalah mangkuk milik hygieia, seorang Dewi Kesehatan bangsa Yunani yang digambarkan selalu membawa mangkuk dan di badannya ada sesekor ular.

Berdasarkan kepercayaan banyak orang, dipercaya bahwa mangkuk Hygieia dan ular merupakan simbol keseimbangan alam di muka bumi. Digambarkan bahwa simbol ular adalah pasien yang bebas memilih untuk mengobati dirinya sendiri atau tidak. Selain itu menurut kepercayaan Yunani kuno, dipercaya bahwa ular yang melilit pada mangkuk menggambarkan kebijaksanaan dan kesembuhan.
Lambar farmasi Bowl of hygieia saat ini juga selain digunakan oleh dunia farmasi juga oleh dunia pendidikan yang terkait dengan farmasis dengan bermacam bentuk dan model akan tetapi dengan tidak meninggalkan bentuk aslinya yaitu berupa ular yang melilit sebuah mangkuk.